Angkat Perekonomian, Ini Sejarah Tahu Sumedang

Penulis: Maria G. Soemitro

“Tahuuuu…., tahuna neng”, teriak penjaja tahu Sumedang. Perempuan usia setengah baya tersebut mengelilingi kompleks perumahan kami setiap dua hari. Suaranya khas, sehingga dari jarak jauh kami bisa mengenali kedatangannya.

Dia membawa tahu sumedang dalam kontainer plastik. Harga tahu yang dijajakan Rp 5.000 per 11 buah. Murah banget bukan? Dia juga sangat ramah. Dengan senang hati dia bercerita telah beberapa tahun menjajakan tahu sumedang, seiring dengan berdirinya pabrik tahu sumedang di kecamatan tempat kompleks perumahan kami berada.

Kisahnya membuat saya penasaran, siapa penemu tahu sumedang yang unik ini? Bentuk tahu sumedang berbeda dengan tahu bandung yang berwarna putih atau kuning. Tahu bandung lembut luar dalam, sedangkan tahu sumedang krispy di luar, lembut di dalam.

Penemu tahu sumedang telah berjasa mengangkat perekonomian, mulai dari UMKM bermodal besar yang mampu membangun pabrik dan  resto tahu sumedang, hingga pedagang cilik seperti ibu penjaja tahu yang berhasil memenuhi kebutuhan keluarga dengan berjualan tahu sumedang.

Bapak Suriadi, generasi ke-4 penemu tahu sumedang (dok. maria-g-soemitro.com)

Siapa Penemu Tahu Sumedang?

Saya beruntung bertemu Bapak Suriadi, generasi ke-4 tahu Bungkeng yang ternyata merupakan pelopor atau penemu tahu sumedang.

Beliau berkisah tentang kedatangan leluhurnya, Ong Ki No, imigran Tiongkok yang datang  ke Sumedang untuk berdagang pada sekitar tahun 1912. , Ong Ki No tertarik melihat kedelai lurik, hasil bumi Sumedang, yang mirip telur puyuh, dan mencoba membuat taofu, camilan khas penduduk Tiongkok.

Dijajakan di pinggir jalan, taofu buatan Ong Ki No rupanya menarik minat Pangeran Adipati Aria Soeria Atmadja. Ketika mencicip rasanya, Bupati Sumedang terakhir (11 Januari 1851–1 Juni 1921) tersebut sepakat bahwa panganan berwarna putih yang baru dikenalnya, sangat enak rasanya.

Penamaan “taofu” pun berubah menjadi “tahu” sesuai dengan lidah masyarakat Sumedang yang didominasi suku Sunda.

Walau demikian, tahu buatan Ong Ki No tidak serta merta laris dan disukai. Perubahan baru terjadi setelah kedatangan anak Ong Ki No, yaitu Ong Boeng Keng yang menyusul ke Sumedang, sementara Ong Ki No dan istrinya memutuskan pulang kembali ke kampung halamannya, Tiongkok.

Ong Boeng Keng melakukan terobosan dengan menyesuaikan penyajian tahu. Di Tiongkok, tahu dijajakan mirip dimsum, yaitu direbus dan  disantap dengan saus cocolan. Sedangkan Ong Boeng Keng menggoreng tahu buatannya, sehingga sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat, bisa disantap dengan cabai rawit ataupun sambal.

Khusus tahu Ong Boeng Keng, yang di kemudian hari tokonya bernama “Tahu Bungkeng” selain disajikan dengan cabai rawit, pembeli juga bisa memilih cocolan sambal tauco yang sedap rasanya.

Peran Tahu Sumedang dalam Perekonomian Indonesia

Tahu Sumedang sangat berperan dalam perekonomian Indonesia. Tatkala pengusaha tahu, diantaranya tahu bandung, menggunakan bahan baku kedelai impor, tahu sumedang justru menggunakan kedelai lurik, hasil panen petani Indonesia.

Tahu sumedang juga berhasil memunculkan UMKM baru. Banyak karyawan Ong Boeng Keng mengundurkan diri, kemudian membuat usaha tahu sumedang.  Seperti dikisahkan Bapak Suriadi, ada yang mendirikan tahu Saribumi, tahu Ojo dan masih banyak lagi.

Mantan karyawan mereka beranak pinak, dan mendirikan pabrik tahu yang tersebar di seluruh Kota Sumedang dan Kabupaten Sumedang, diantaranya di dekat kompleks perumahan tempat saya tinggal.

Jadi bisa dibayangkan, dari hanya satu pabrik tahu milik Ong Boeng Keng, berkembang menjadi puluhan, mungkin juga ratusan pabrik tahu, dan menghidupi ribuan karyawan serta para penjualnya, meliputi penjual tahu di pasar serta penjual keliling yang menjajakan tahu ke rumah-rumah.

Ampas Tahu pun Bernilai Ekonomis

Yup, nilai ekonomi hasil proses kacang kedelai tidak hanya tahu, juga ampas tahu sebagai sisa proses pembuatan tahu. Ampas tahu sebagai bahan baku  dibutuhkan mulai dari pembuatan pakan ternak sampai oncom, bahan pangan khas Jawa Barat.

Ada 2 jenis oncom, yaitu oncom hitam yang terbuat dari bungkil kacang tanah yang kadang dicampur ampas singkong atau tepung singkong agar teksturnya lebih lunak, serta oncom merah yang terbuat dari ampas tahu.

Setelah menjadi oncom, kita semua tahu bahwa banyak sekali panganan yang membutuhkannya sebagai bahan baku, seperti camilan combro, nasi tutug oncom, tumis leunca, dan masih banyak lagi.

Berikut ini resep Sambal Oncom yang bisa digunakan sebagai isian combro, maupun campuran nasi tutug oncom.

Resep Sambal Oncom

  • 1 potong (sekitar 300 gram) oncom merah
  • 3 siung bawang putih
  • 5 siung bawang merah 
  • 8 cm kencur
  • 2 sdt garam
  • 1 ½ sdm gula pasir
  • 1 sdt penyedap
  • 5 buah cabai rawit merah
  • 1 lembar daun salam
  • 1 lembar daun jeruk
  • Daun kemangi secukupnya

Cara membuat:

  1. Potong-potong oncom, kemudian goreng hingga harum. Ulek kasar, sisihkan.
  2. Goreng bawang merah dan bawang putih sampai harum, angkat.
  3. Ulek bawang merah, bawang putih, kencur, cabai rawit dan garam
  4. Tumis bumbu halus hingga wangi lalu masukkan oncom, gula pasir, penyedap, daun jeruk dan daun salam, masak di api sedang hingga air mengering.
  5. Tambahkan daun kemangi, campur dan angkat. 
  6. Sambal oncom siap digunakan untuk oncom, nasi tutug oncom, atau langsung digunakan sebagai teman lauk pauk lainnya.

One thought on “Angkat Perekonomian, Ini Sejarah Tahu Sumedang

  1. Camilan tahu sumedang yang tidak pernah absent setiap beli gorengan, pake cabe rawit tambah enak…hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *