Tradisi Makan Bersama di Masyarakat  Sunda

Penulis Rina Susanti

Tumbuh dalam budaya, adat dan kebiasaan orang sunda

Saya lahir dan besar di Bandung, tumbuh dalam budaya, adat dan kebiasaan masyarakat sunda yang cukup kental. Salah satu kebiasaan masyarakat sunda yang cukup popular adalah terbiasa makan lalapan – sayuran mentah dan ngariung. Ngariung artinya ngumpul/berkumpul/bersama-sama. 

Orang sunda percaya makan ngariung lebih nikmat dan berkah. Ngariung juga memiliki asosiasi berkumpul dengan cara duduk di lantai beralas tikar atau karpet. Jadi tuangna  ngariung artinya makannya bersama-sama duduk di lantai beralas tikar/karpet.  

Dari kebiasaan ngariung ini muncullah tradisi makan bersama yaitu ngaliwet, botram, munggahan dan cucurak. 

Dua ajakan makan bersama yang sering diungkapkan orang sunda;

“Hayu urang ngaliwet.”

“Hayu urang botram .” 

Hayu artinya ayo, urang di sini artinya kita.

Yap, ngaliwet dan botram adalah  dua tradisi makan bersama masyarakat sunda. Walaupun tidak ada pakem ngaliwet dan botram harus dilakukan pada jam makan siang tapi umumnya dan sudah menjadi kebiasaan ngaliwet dan botram diadakan saat jam makan siang. Rasanya tidak pernah ada acara ngaliwet di malam hari. Di sini asosiasi ngaliwet beda dengan makan nasi liwet di restoran atau rumah makan sunda ya ☺.  

Ngaliwet 

Ngaliwet adalah kata kerja dari aktivitas membuat dan makan nasi liwet. Bahasa sunda menambahkan kata nga untuk kata kerja yang berasal dari kata benda. Contoh lain, ngarujak artinya  bikin dan atau makan rujak, ngabaso artinya lagi makan bakso, ngopi, nginum dst. 

Ketika orang sunda  berkata,”Bade ngaliwet.” Artinya mau  makan bersama (dengan keluarga, teman, kerabat dsb) dengan menu nasi liwet.

Nasi liwet adalah salah satu masakan khas sunda. Nasi yang dimasak dengan bumbu bawang merah, bawang putih, serai, daun salam, dengan toping ikan teri, cabe rawit dan pete. Begini penampakannya.

Untuk lauknya sudah pasti ada lalapan (istilah untuk orang sunda untuk sayuran mentah), sambal, tempe, tahu, ikan asin, ikan atau ayam goreng. Lauk biasanya disesuaikan dengan selera dan budget hehehe. Nah khasnya orang sunda itu ada ikan asin peda yang digoreng, dibakar, atau dimasak di atas nasi liwet, untuk menemani si nasi liwet ini,  sambalnya sambal terasi, nikmat pisan pokokna mah. 

Lalapan orang sunda tidak sebatas timun, tomat, daun kemangi, kol  dan selada air.  Lalapan orang sunda yang biasa dikonsumsi adalah terong bulat hijau, kacang panjang muda, daun jambu mete muda, beberapa jenis daun yang mungkin di daerah lain tidak dikonsumsi dalam keadaan mentah seperti daun pohpohan (Urticaceae Pilea), daun mangkok-mangkokan (Polyscias scutellaria), daun beluntas (Pluchea indica L. Tanaman daun-daunan ini biasanya  ditanam di teras rumah.

Tradisi ngaliwet dari waktu ke waktu

Saya ingat, saat kecil daerah tempat saya tinggal,  Dago Bandung, masih banyak pesawahan dan kebun. Tidak jauh dari rumah, ada pesawahan dan kebun. Jika pulang sekolah (jaman dulu tidak ada sekolah sampai sore ya, jam 12 sudah pulang) atau hari libur sekolah, kami bermain ke sawah, memungut tutut – keong sawah, memetik sayur genjer, ngurek belut, lari-lari di pematang sawah, menonton buyut saya yang sedang ngarambet. Ngarambet adalah istilah dalam bahasa sunda untuk aktivitas menyiangi rumput liar yang tumbuh dekat tanaman padi.  Saat tengah hari pekerja-pekerja di sawah atau kebun itu akan beristirahat di saung (gubuk yang didirikan di sawah atau kebun) sambil makan siang dengan cara  ngaliwet dan botram. 

Di masyarakat sunda, tradisi ngaliwet awalnya  dilakukan setelah melakukan aktivitas bersama, seperti kerja bakti, orang yang sama-sama bekerja di sawah atau kebun, atau kegiatan lainnya. Seiring waktu, ngaliwet bisa dilakukan kapan saja, tidak harus setelah melakukan aktivitas  bersama, kalau ibu-ibu mah bisa juga setelah ngocok arisan lanjut ngaliwet hehehe.

Ngaliwet biasanya diadakan di luar rumah seperti di tepi sawah,di  kebun, di  taman, di bawah pohon atau di teras rumah. Sekarang, karena di kota sudah hampir tidak ada sawah dan kebun, ngaliwet diadakan di teras rumah.

Pada tradisi ngaliwet, aktivitas yang terjadi bukan hanya makan tapi bekerja sama dari memasak  nasi liwetnya sampai menyediakan  lauk pauknya. Untuk kepraktisan kadang  lauk pauk nasi liwet dibawa dari rumah, satu orang membawa satu macam lauk untuk dimakan bersama. Misal saya bawa tahu goreng, teman saya bawa sambal dan lalapnya, dan seterusnya. Tuan rumah yang memasak nasi liwetnya.

Saat ngaliwet terjadi interaksi intens, selain menikmati makanan, juga obrolan yang menghangatkan hati. Tradisi ngaliwet orang sunda, makanannya tidak  mewah, kalau ada ayam goreng mah bonus, yang penting ada sambal, lalap, tahu, tempe, karedok, ikan mujaer dan  ikan asin goreng  juga sudah cukup, rasa nikmat makan serta kebersamaannya yang  bikin nagih. 

Oh ya pada tradisi ngaliwet, alas makan yang digunakan biasanya daun pisang dan  digelar seperti ini;

Seiring waktu, dengan alasan kepraktisan, sekarang ngaliwet bersama teman atau saudara bisa langsung ke rumah makan sunda tapi tentu beda sensasinya dengan ngaliwet sendiri dan dilakukan di teras rumah atau kebun ya ☺.

Memasak nasi liwet dengan kastrol 

Resep asli nasi liwet sunda dimasak dengan panci kastrol. Panci bulat dengan pegangan yang bisa dijinjing. Membuat nasi liwet dengan panci kastrol ini gampang-gampang susah, harus tepat takaran air dan besar-kecilnya api agar nasi matang sempurna dan tidak gosong. Air yang terlalu banyak menyebabkan nasi terlalu lembek. Air yang terlalu sedikit, nasi menjadi keras dan kurang matang. Api terlalu besar, nasi menjadi gosong dan berkerak. Api terlalu kecil, bagian atas nasi kurang matang. Perlu mencoba beberapa kali, biar dapat ‘rumus’nya yang pas hehehe. Ya seperti memasak makanan pada umumnya, biar pas enaknya perlu mencoba beberapa kali. 

Pemilihan panci kastrol untuk memasak nasi liwet karena kepraktisannya. Tentu kalau jaman sekarang lebih praktis pake rice cooker tapi jaman dulu belum ada rice cooker. Tahapan memasak nasi sebelum ada  rice cooker, dilakukan secara manual dan melalui ada dua tahap, pertama  beras  diaron dulu baru kemudian  dikukus, dibutuhkan dua alat masak yaitu panci untuk mengaron dan panci untuk mengukus.

Nah memasak nasi dengan cara diliwet dengan panci kastrol hanya satu langkah, cuci beras, masukkan bumbu bawang merah, bawang putih dan cabe rawit yang sudah ditumis, masak di atas api sampai matang, saat nasi setengah matang masukkan teri medan atau ikan asin peda yang sudah digoreng, cabe rawit dan pete.

Panci kastrol mudah dibawa-bawa, tinggal dijinjing. Pada masa di mana masih banyak masyarakat yang bekerja di kebun atau sawah, para pekerja biasanya membawa bekal makan siang dari rumah atau ngaliwet di kebun/ladang/sawah. Kadang memasak nasi liwet dilakukan on the spot, di saung/gubuk tempat istirahat petani. Nasi liwet dimasak dengan api yang dibuat dari kayu bakar. Nah jika masak nasi liwet on the spot seperti ini,  ikan asin peda dan petai, dimasaknya dengan cara dipanggang di atas bara api. Nasi liwet yang sudah dimasak  akan dimakan bersama teman yang sesama bekerja di kebun atau sawah. 

Oh ya penggunaan panci kastrol juga membuat kehangatan nasi tahan lama.

Resep Nasi Liwet Kastrol

Bahan 

  • 1\2 liter beras
  • 6 bawang merah
  • 4 bawang putih 
  • Cabe merah dan cabe rawit iris
  • Cabe rawit utuh
  • 1 papan petai
  • Teri medan, goreng 
  • Jumlah cabe yang digunakan disesuaikan dengan selera-tingkat kepedasan yang kita inginkan
  • 1 batang serai
  • 1 lembar daun salam

Cara memasak 

  • Cuci bersih beras dan tuang ke dalam panci kastrol, tambahkan air setinggi dua ruas jari dari permukaan air (banyaknya air kadang tergantung jenis beras). 
  • Goreng teri medan hingga matang, sisihkan.
  • Tumis bawang merah, bawang putih, daun salam dan serai dengan sedikit minyak hingga harum. Masukkan ke dalam panci kastrol yang berisi beras, aduk rata, minyaknya boleh dimasukin tapi sedikit aja, sisa tumisan. Tambahkan sedikit teri medan yang sudah digoreng,  garam dan penyedap (optional).
  • Masak dengan api kecil, agar nasi matang merata dan tidak gosong bagian bawahnya. Saat nasi hampir tanak, masukkan cabe rawit utuh, teri medan yang sudah digoreng dan petai di atasnya, semacam toping, tutup panci kastrol biarkan nasi matang sempurna.
  • Untuk lauknya,  sambal, lalapan dan ikan asin, tahu, tempe, ikan atau ayam goreng/bakar. 

Botram 

Persamaan  botram dan ngaliwet, sama-sama makan bersama. Bedanya? 

Botram adalah kegiatan makan bersama dimana setiap orang yang ikut botram diharapkan membawa satu macam makanan dari rumah masing-masing, makanannya bisa masak sendiri atau membeli, bebas. Pada acara botram biasanya ada pembagian makanan yang akan dibawa, misal siapa yang bawa nasi, siapa yang bawa sambal, siapa yang bawa lalap  dan seterusnya. Pembagian ini  agar nasi dan  lauknya lengkap, kan repot kalau semua bawa lauknya terus nggak ada yang bawa nasi hehehe. Pada acara botram, nasinya bisa nasi liwet, bisa juga nasi biasa.

Jadi botram itu urunan makanan atau kalau dalam istilah bahasa inggris  mah potluck.

Berbeda dengan ngaliwet yang identik dengan nasi liwet, sambal, lalapan dan ikan asin, menu botram bebas tapi tetap ada nasi dan lauknya, jadi bukan hanya camilan. Jadi orang sunda bilang botram ya makan besar bukan ngemil.

Botram seperti halnya ngaliwet, biasanya dilakukan di luar rumah, bisa di teras rumah, kebun atau tempat wisata. Nah orang sunda kalau jalan-jalan barengan biasanya sekalian botram, jangan heran kalau main ke kebun binatang Bandung, Tahura (Taman Hutan Haji Juanda – Orang Bandung menyebutnya ‘pakar’), biasanya ada Ibu-ibu atau keluarga yang gelar tikar untuk makan bareng hahaha. Kadang orang Bandung niat ke kebun binatang bukan hanya melihat hewan tapi sekalian botram. Jadi selama tempat wisata diketahui ada area lapak untuk gelar tikar, disitulah terjadi botram. Bahkan saya pernah lihat orang botram di jembatan gantung Babakan Siliwangi, ngampar pake tikar gitu di area yang dekat kursi tempat pengunjung duduk. 

Botram saat di tempat wisata biasanya bertujuan untuk menghemat pengeluaran, jika botram di area rumah atau kebun tujuannya untuk ngumpul-ngumpul silaturahmi 

Tradisi ngaliwet dan botram ini masih ada hingga sekarang dan selalu menjadi ajang silaturahmi yang menyenangkan. Pernah saat saya pulang ke Bandung, Ibu saya sengaja ngaliwet lalu mengundang tetangga dan saudara untuk makan bersama, kami makan di teras rumah. Makan rasanya jauh lebih nikmat walaupun dengan lauk seadanya. 

Yang saya tulis di atas adalah botram  versi orang dewasa, bagaimana kalau anak-anak mengadakan botram? Ya tradisi botram ini juga suka dilakukan anak-anak, bedanya anak-anak yang janjian botram,  masing-masing membawa makanan lengkap nasi dan lauknya dari rumah, lalu di makan bersama dengan teman-teman di luar rumah, bisa kebun atau teras rumah. Tidak ada pembagian si A bawa ini, si B bawa itu, pokoknya setiap orang bawa nasi dan lauknya yang ada di rumah lalu dimakan bersama-sama.

Oh ya masyarakat sunda terbiasa makan dengan tangan, apalagi pas acara ngaliwet atau botram, terlihat aneh kalau makannya pake sendok. Sendok biasanya hanya untuk menyiduk lauk. Memang bisa makan sambal dan lalapan pake sendok? Asa teu ka bayang ☺(tidak terbayangkan).

Satu hal lagi, walaupun orang Sunda suka sambal dan  lalapan, tidak pernah ada ceritanya sarapan orang sunda nasi dengan  sambal lalapan, malah orang sunda generasi tua, generasi Nenek dan Bapak saya, sarapan dengan beubeutian, umbi-umbian yang direbus atau dibakar adalah hal biasa. Sarapan yang kini dipopulerkan kembali karena dinilai lebih  sehat, karena kandungan karbohidrat dari umbi-umbian mengandung  sedikit gula dan mengandung serat.

Masyarakat sunda jaman now biasanya sarapan bubur ayam, ketupat tahu atau nasi kuning. 

Munggahan dan Cucurak 

Munggahan dan cucurak? Apalagi nih? Tradisi sunda lain yang ada acara makan bersamanya.

Cucurak

Saya mengenal tradisi cucurak ini saat bekerja di sebuah perusahaan swasta yang lokasinya berada di kota Bogor. Yap, tradisi cucurak memang berasal dari kota Bogor dan sekitarnya. Cucurak adalah acara makan bersama di mana masing-masing orang yang ikut cucurak membawa makanan yang berbeda untuk dimakan bersama. Jadi kalau di Bandung mah seperti botram, bedanya cucurak dilakukan seminggu atau beberapa hari menjelang puasa, tidak sebatas keluarga, bisa dengan teman, tetangga, saudara atau kolega kantor. 

Di kantor tempat saya bekerja, khususnya di departemen tempat saya bekerja suka   mengadakan cucurak di pantri kantor atau rumah salah satu teman menjelang bulan puasa. Walaupun tradisi ini merupakan tradisi masyarakat sunda Bogor muslim karena diadakan untuk menyambut bulan puasa, tapi acara ini sifatnya terbuka, jika diadakan di pantri kantor teman-teman non muslim pun ikut dan sama-sama antusias dengan kegiatan ini, ini berdasarkan pengalaman saya saat di kantor dulu. 

Munggahan 

Munggahan berasal dari kata munggah yang artinya berjalan/naik atau keluar dari kebiasaan kehidupan sehari-hari. Traidisi ini ada di masyarakat sunda muslim Bandung dan masyarakat sunda muslim di kota-kota Priangan Timur (Garut, Tasikmalaya dan Ciamis) . Pada tradisi munggahan, orang sunda yang merantau di kota lain, akan pulang ke kampung halamannya beberapa hari menjelang bulan puasa.

Acara  munggahan biasanya kumpul bersama sanak  keluarga, mengunjungi makam orang tua atau kakek-nenek , berdoa dan makan bersama keluarga, saudara atau teman.

Makan bersama saat  munggahan bisa dengan  ngaliwet, botram atau  di restoran/rumah makan. Jangan  heran beberapa hari menjelang bulan  puasa, restoran,  rumah makan, sampai  pedagang  kaki lima di Bandung ramai pembeli.

Ngaliwet,  botram, cucurag dan munggahan adalah tradisi makan bersama dalam budaya dan masyarakat sunda yang dilakukan pada momen tertentu dan memiliki banyak makna seperti kebersamaan, gotong royong, berbagi dan menjalin silaturahmi.

Referensi tulisan 

https://id.wikipedia.org/wiki/Munggahan

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/12/13094471/mengenal-tradisi-cucurak-cara-warga-bogor-sambut-ramadhan

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/11/05/ngaliwet-tradisi-sunda-yang-kaya-makna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *